Kamis, 30 Juli 2015

Delusi



              Kau berlari dan berlari tanpa pernah tahu apa yang kau cari. Kau jatuh dan terjatuh hingga berkali-kali, membuatmu buta akan rasa sakit. Luka itu ada dan perlahan menjalar hingga ke dasar hatimu seraya menggerogoti hatimu seperti predator yang siap mencabik mangsanya. Kau tak peduli, tepatnya kau tak mau tahu tentang itu. Kau pura-pura tidak tahu tentang luka itu, dan bodohnya kau justru berlari dengan membawa luka itu. Sementara rasa cemas, takut, khawatir semakin menyiksa batinmu. Terus menerus kau mengkhawatirkan kemungkinan yang belum terjadi. Rasa takutmu seperti hantu yang mengejarmu dari belakang. Tak ada arah atau navigator yang kau genggam, kau hanya berlari tanpa tujuan, mencari sesuatu yang selama ini tak pernah ada. Betapa menyedihkannya melihatmu seperti itu, berbahagia seakan tak pernah ada luka yang kau peram. Kau ciptakan delusi dari rasa sakitmu, seakan ada banyak cinta yang menghampirimu padahal jelas-jelas kesendirian tergurat nyata di parasmu. Tatapan kasihan mulai kau lihat dari mata mereka, berbisik-bisik membicarakan dirimu dengan gelak tawa yang tak pernah kau mengerti maksudnya apa. Sejenak kau terhenti, kau melihat tatapan mereka, tatapan kasihan itu kini persis di hadapmu. Mereka yang melihatmu dengan tatapan kasihan membuatmu seperti melihat iblis yang siap menghujam dirimu kapan saja. Entah mengapa seluruh persendian, saraf dan oraganmu seakan kaku tak bergerak. Kau diam dengan tanya yang membelenggu dirimu. Ada tanya yang belum memiliki jawaban sementara kini kau lihat denga kedua bolamatamu sendiri bahwa ada luka yang selama ini kau tutupi. Kau tak pernah tahu bahwa ada luka yang selama ini sudah telanjur membusuk di hatimu. Selama ini kau sengaja tak mau menyembuhkan lukanya, kau pura-pura tidak melihat luka itu sementara luka yang busuk itu telah bertransformasi menjadi virus untuk hatimu. Kini luka itu tak lagi membuatmu perih tapi kebenaran bawa ada luka yang selama ini kau simpan mengajarkanmu akan rasa sedih. Rasa sedih yang selama ini kau delusikan jadi cinta sekarang semakin memperjelas betapa bodoh dan menyedihkannya dirimu.

Tidak ada komentar: